KLHK dengan Tegas akan Kurangi Penggunaan Asbes
Jakarta – “Selama itu berbahaya bagi masayarakat, dan kita pun sudah tahu bahayanya maka posisi KLHK sudah tegas, kita sudah mau mengurangi (penggunaan asbes)”, ungkap Yunik Kuncaraning sebagai Kasubdit Penerapan Konvensi B3 ketika ditemui tim Indonesia Ban Asbestos (Ina-Ban) di gedung Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di Jakarta, Jumat (15/2/2019).
Yunik menjelaskan KLHK sangat mendukung apabila penggunaan asbes dibatasi, hal tersebut karena dampak dari limbah yang ditimbulkan dari asbes sangat berbahaya bagi kesehatan. Namun menurutnya agar asbes ini penggunaannya dihentikan itu tidak mudah, karena harus berurusan dengan kemetrian yang lain.
“Memang tidak mudah, karena harus ada kesepakatan antar kementrian, Lembaga Masyarakat (LSM), dan pihak industri, kita masih belum tau dari teman-teman Kementrian Perindustrian. Kalau memang tidak merusak dampak lingkungan dan kesehatan kita mendukung saja,” paparnya.
Menurutnya, Impor asbes memang masih besar dan masih banyak digunakan. “Digunakannya juga bukan orang menengah ke atas, tapi orang yang kurang mampu,” katanya. Lanjut Yunik, pihak KLHK sudah menekan ke kementrian Perindustrian agar bersama-sama melindungi rakyat.
Dalam hal ini perwakilan dari Ina-Ban, Firman Budiawan mengatakan data yang diterima oleh Ina-Ban, dari 11 orang yang diperiksan, ada lima diantaranya yang terkena penyakit akibat asbes, Firman mengatakan alangkah baiknya KLHK minimal membuat larangan atau batasan penggunaan asbes ini. “Kita tidak meminta, tapi kalau bisa kita menekan KLHK. Selain nanti berdampak buruk ke Kemenkes, juga KLHK. Alangkah baiknya KLHK bisa menentang dengan kuat kementrian lain, karena nantinya yang mempunyai dampak akhirnya KLHK, minimal pelarangan atau pembatasan,” papar Firman.
Selain itu, Darisman yang juga perwakilan dari Ina-Ban memaparkan bahwa yang berpotensi terkena asbes saat ini adalah anak-anak. karena terdapat isu yang beredar bahwa bedak Jhonson mengandung asbes di mana para perempuan di Amerika banyak ditemukan kanker ovarium. Tidak hanya itu, Darisman juga menjelaskan bahwa bahasa asbes di Jakarta memiliki potensi bahaya akibat asbes yang tinggi. “Contohnya korban penggusuran,” katanya.
Atas hal tersebut Yunik mengatakan dengan sangat tegas mendukung agar pemakaian asbes itu dihentikan. “Dari dulu kita ga ada kendala untuk mengehntikan pemakaian asbes. Kita mendukung selama itu memang benar-benar berbahaya, posisi KLHK sudah tegas”, pungkas Yunik.
Reporter: Puji Fauziah