
(19 November 2025) Keputusan drastis diambil oleh otoritas di Australia dan Selandia Baru pada pekan ini. Lebih dari 70 sekolah dan prasekolah di Wilayah Ibu Kota Australia (ACT) dan setidaknya lima di Selandia Baru terpaksa ditutup sementara untuk pembersihan massal. Pemicunya? Penemuan jejak serat asbes—zat karsinogenik berbahaya—dalam produk pasir bermain anak-anak yang populer, termasuk yang dipasok oleh Educational Colours, Kmart, dan Target.[1]
Kepanikan ini menyoroti betapa seriusnya ancaman asbes di lingkungan pendidikan, bahkan di negara-negara yang telah melarang zat tersebut. Australia dan Selandia Baru melarang penggunaan asbes. Penemuan kontaminasi asbes untuk setelah pengujian laboratorium yang mendeteksi jejak tremolite dan asbes krisotil beberapa produk pasir bermain berwarna-warni. Hal ini memicu penarikan produk skala nasional dan respons cepat pemerintah untuk memprioritaskan keselamatan siswa dan staf.
“Demi keselamatan siswa, staf, dan masyarakat, kami memutuskan untuk menutup beberapa sekolah yang memiliki produk ini,” kata pemerintah teritorial Australia (ACT), menunjukkan tingkat kehati-hatian maksimal meskipun Otoritas Persaingan dan Konsumen Australia (ACCC) menyatakan risiko asbes yang terhirup kemungkinan rendah.

Celah Perlindungan di Indonesia: Asbes Masih Legal, Sekolah Rentan
Insiden di Antipoda ini menyajikan kontras tajam dengan situasi di Indonesia, di mana asbes masih merupakan bahan yang legal dan banyak digunakan, termasuk sebagai bahan bangunan, terutama atap, di banyak fasilitas publik, termasuk sekolah.
Sementara Australia dan Selandia Baru bertindak cepat atas kontaminasi mainan, Indonesia masih belum memberlakukan pelarangan total terhadap semua jenis asbes (termasuk asbes krisotil atau asbes putih) seperti yang telah dilakukan oleh lebih dari 67 negara.
Dalam perlindungan anak di sekolah, berbagai negara seperti Australia dan Selandia Baru dapat menjadi pembelajaran penting bagaimana prioritas perlindungan hak atas Kesehatan masyarakat, khususnya anak sekolah, untuk segera bertindak atas bahaya sekecil apa pun di lingkungan sekolah. Melakukan penutupan sekolah hingga penarikan produk skala nasional.
Saat ini regulasi di Indonesia belum secara eksplisit dan komprehensif melarang penggunaan asbes (terutama krisotil) dan mengelola risikonya di bangunan publik seperti sekolah secara nasional, serta perlindungan spesifik di sekolah belum terdata secara luas. Hal ini meninggalkan celah besar dalam perlindungan masyarakat umum—terutama anak-anak di sekolah—dari bahaya paparan asbes, termasuk dari material bangunan yang mulai usang yang berpotensi melepaskan serat karsinogenik.
Upaya untuk memastikan lingkungan sekolah yang sehat di Indonesia setidaknya hanya baru terbatas pada pembatasan produk bangunan yang mengandung asbes. Sebagai contoh yaitu Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2022 Tentang Petunjuk Operasional Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Pendidikan Tahun Anggaran 2022, dimana dalam lampirannya disebutkan upaya untuk memastikan perlindungan warga sekolah dalam kegiatan rehabilitasi/pembangunan di lingkungan sekolah yaitu salah satunya memastikan penggunaan material bahan bangunan yang tidak membahayakan kesehatan dan merusak lingkungan, antara lain: penggunaan bahan yang mengandung asbes, cat yang mengandung timbal dan lain-lain;
Data menunjukkan bahwa penyakit terkait asbes (seperti Mesothelioma, Asbestosis, dan Kanker Paru) membutuhkan waktu laten 20 hingga 40 tahun untuk muncul. Ini berarti, paparan yang terjadi saat masa kanak-kanak bisa berakibat fatal di masa dewasa.[2]
Insiden di Australia menjadi pengingat penting bagaimana Bahaya asbes tidak hanya datang dari industri, tetapi juga dari produk sehari-hari di mana anak-anak dapat menghabiskan waktu berjam-jam. Sudah saatnya Pemerintah Indonesia mengambil langkah yang sama tegasnya dengan negara-negara lain, tidak hanya sebatas mewajibkan label, tetapi bergerak menuju pelarangan total asbes demi melindungi generasi penerus bangsa dari paparan asbes di lingkungan sekolah mereka.
[1] https://www.reuters.com/world/asia-pacific/asbestos-contamination-forces-schools-australia-new-zealand-close-2025-11-17/
[2] https://www.alodokter.com/asbestosis



![[Download] Poster Stop Asbestos! Stop Exporting Death!](http://lionindonesia.org/wp-content/uploads/2017/09/Asbes-death-export-1.jpg)

![[Download] Leaflet Pengendalian Bahaya Asbes di Lingkungan Rumah](http://lionindonesia.org/wp-content/uploads/2018/01/Banner-flyer-Asbes-2.jpg)

