Sosialisasi Risiko Paparan Asbes: Dari Teori Kuliah ke Aksi Nyata Komunitas

·

·

,

Kamis pekan lalu (2/10/2025), suasana di Kantor Desa Hegarmanah, Jatinangor Kabupaten Sumedang terasa berbeda. Bukan rapat RT biasa, melainkan acara penyuluhan Pencegahan Paparan Asbes bagi Kesehatan yang diinisiasi oleh sekelompok muda-mudi yang membawa aura segar dan pengetahuan: Mahasiswa Fakultas Kedokteran dari Universitas Padjadjaran.  Kegiatan yang juga merupakan bagian dari pelatihan dan sosialisasi pengelolaan sampah.

Asbes atau asbestos di Indonesia masih banyak digunakan sebagai campuran produk konstruksi seperti atap semen dapat menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan bagi masyarakat.

Telah banyak peraturan di Indonesia sejak lama memperingatkan bahwa asbes sebagai bahan dan limbah beracun dan berbahaya yang bersifat karsinogenik, bahkan Lembaga Kesehatan Dunia WHO telah sejak lama menyatakan semua jenis asbes Semua jenis Asbes telah diklasifikasikan sebagai karsinogenik bagi manusia. Meski telah lebih dari 70 negara melakukan pelarangan asbes, sayangnya masih banyak orang masih belum menyadari bahaya yang mengintai di bangunan mereka, yang berpotensi membuat diri mereka dan keluarga terpapar serat asbes yang berbahaya.

Belum adanya peraturan yang secara tegas mengatur penggunaan produk mengandung asbes bahkan label informasi ada produk mengakibatkan potensi paparan yang meluas di tempat kerja dan lingkungan.

Paparan asbes memiliki kaitan dengan berbagai penyakit pernapasan serius seperti asbestosis dan kanker paru, termasuk mesothelioma, kanker langka dan agresif. Dengan memahami risiko dan pengelolaan material yang mengandung asbes secara tepat, kita dapat melindungi diri sendiri, keluarga dan orang lain dari kondisi yang mengancam jiwa ini.

Edukasi tentang asbes memberdayakan individu untuk mengidentifikasi risiko dan mengambil tindakan pencegahan. Edukasi ini membekali mereka dengan pengetahuan untuk mengenali material yang mengandung asbes dan memahami peraturan keselamatan.

Dari Teori Kuliah ke Aksi Nyata Komunitas

Bagi para calon dokter ini, kegiatan ini adalah perwujudan nyata dari sumpah Hippokrates untuk mencegah penyakit. Nathan, salah satu mahasiswa kedokteran Unpad dengan antusias menjelaskan dengan detail ilmiah yang mudah dicerna bagi para peserta. Ia tidak sekadar memaparkan statistik tentang hubungan paparan asbes dengan asbestosis, mesotelioma atau kanker paru-paru; ia menunjukkan bagaimana serat mikroskopis asbes bisa terlepas ke udara hanya karena atap dirusak, seperti dipotong, atau dibersihkan secara agresif. Serat inilah yang akan terlepas dari ikatan semen, jika terhirup, akan bersarang di paru-paru.

Kegiatan ini tidak hanya memberi peringatan, tetapi juga solusi praktis. Yogi yang mewakili Local Initiative for Occupational Safety and Health Network (LION) Indonesia juga berbagi informasi bagaimana mempraktikkan protokol penanganan asbes yang aman, mulai dari cara mengidentifikasi material yang mengandung asbes, tekhnik basah dalam pekerjaan dengan menyemprotkan air sebelum membongkar (untuk meminimalkan debu), hingga pentingnya menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) minimal seperti masker N95—bukan masker kain biasa.

Praktik keselamatan kerja sangat penting untuk mencegah paparan asbes dan melindungi kesehatan pekerja termasuk pekerja konstruksi. Di Indonesia seringkali pekerja konstruksi merupakan pekerja informal yang tidak memiliki perlindungan dan luput dari pengawasan pemerintah. Bahkan seringkali masyarakat melakukan pekerjaan sendiri dalam pemasangan produk mengandung asbes. Sesungguhnya, bagi para kerja konstruksi sharus menerapkan strategi komprehensif terkait keselamatan dan Kesehatan kerja untuk meminimalkan risiko yang terkait dengan material yang mengandung asbes.

“Kita didorong untuk berinovasi. Karena pembongkaran profesional itu mahal, kami ajarkan langkah mitigasi sederhana: jangan ganggu material yang masih utuh dan segera hubungi ahli seperti lembaga pemerintah atau ahli seperti kami jika ada yang hendak melakukan pembongkaran” tambah Yogi.

Kesadaran Baru di Balik Senja

Di akhir sesi, raut wajah ibu Linda Herlina dan beberapa warga lain berubah. “Alhamdulillah, acara ini sangat bermanfaat buat peserta ibu-ibu, apalagi selama ini kita ngga tahu, asbes itu berbahaya buat Kesehatan kita.” kata Ibu Linda, seorang peserta yang kini memiliki kesadaran baru tentang kesehatan keluarganya.

“Kesan kesannya untuk mahasiswa Unpad, khususnya fakultas kedokteran, sangat bagus dan positif dengan adanya sosialisasi tentang asbes. Asbes NO!” ujar Asep Mulyana saat akhir acara.

Aksi ‘jemput bola’ para mahasiswa kedokteran ini membuktikan bahwa pencegahan adalah pilar utama kesehatan. Mereka meninggalkan warisan yang jauh lebih berharga daripada resep obat: pengetahuan untuk hidup lebih aman. Upaya kecil ini diharapkan menjadi percikan kesadaran kolektif yang pada akhirnya dapat mengurangi beban penyakit pernapasan yang diakibatkan oleh material berbahaya di Indonesia.

Kampanye kesadaran memainkan peran penting dalam mencegah penyakit terkait asbes. Inisiatif ini mengedukasi masyarakat tentang risiko paparan asbes dan mempromosikan praktik penanganan yang aman. Kerjasama antara mahasiswa kedokteran dan komunitas masyarakat menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang tepat dapat membantu mengurangi paparan dan melindungi kesehatan masyarakat.


Latest Posts