Aksi Seruan Darurat Iklim Sekarang Juga!
“Melihat Bagaimana kondisi kondisi yang memaksa alam berbicara dengan kita, bicara banjir, longsor, ini terjadi akibat bagaimana kerusakan alam sangat nyata, yang diakibatkan oleh korporasi dan juga penguasa yang tidak pernah berpihak kepada alam, keberlanjutan hidup kita.” Orasi salah satu massa aksi dari Koalisi Bandung Berisik (Bersatu Selamatkan Iklim), di depan Gedung Sate, Bandung, Jumat (5/11/2021).
Pada siang itu selepas hujan turun, puluhan massa aksi yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat berkumpul menggelar aksi seruan darurat iklim. Berbagai organisasi yang terlibat dalam Koalisi Bandung Berisik ini diantaranya Walhi Jawa Barat, Aksi Kamisan Bandung, LBH Bandung, Extinction Rebellion Bandung, Solar Generation, Ruang Hidup Institute, LION Indonesia, Berbagai perwakilan MAPALA, Forum warga kampung kota, Organisasi Mahasiswa dan lainnya.
Aksi Koalisi ini mengusung berbagai isu, mulai dari Isu kerusakan lingkungan atau ekologis, pencemaran lingkungan, permasalahan HAM, hingga pelemahan demokrasi yang terjadi di Indonesia, termasuk di Jawa Barat. Semua isu tersebut memiliki kerterkaitan dan berdampak pada krisis ikim yang perlahan namun pasti telah terlihat dan dirasakan oleh kita. Peningkatan suhu udara, kekeringan, kebakaran hutan, menurunnya persediaan air, berkurangnya hasil pertanian, dampak kesehatan di kota-kota karena suhu udara, dan banjir serta erosi di wilayah pesisir juga menjadi perhatian tambahan atas dampak krisis iklim.
Ancaman PLTU Batu Bara di Jawa Barat
Massa aksi Koalisi Bandung Berisik juga mendesak agar pemerintah Jawa Barat meninjau kembali bahkan menghentikan segala bentuk aktivitas pembangunan yang merusak lingkungan serta menyengsarakan rakyat, serta berkontribusi menghasilkan emisi yang berujung pada perubahan iklim.
Berdasarkan press release tertulis, Sumber terbesar emisi yang dihasilkan Jawa Barat berasal dari sektor energi 41 persen, sektor transportasi 31 persen, sektor Kehutanan 12 persen, dan gabungan beberapa sektor Iain sebesar 16 persen. Menurut catatan Walhi, ada 4 PLTU batu bara di pesisir utara dan 1 di pesisir selatan Jawa Barat. Dari jumlah tersebut, wilayah pesisir utara masih akan bertambah 3 PLTU batu bara.
PLTU Batu Bara merupakan salah satu penyumbang emisi paling besar dari proses pembakaran batu bara yang asapnya dilepas ke udara. Limbah air panas bekas pendingin dan kerja pembangkit dibuang ke perairan laut sehingga mengganggu ekosistem pesisir dan laut utara Jawa Barat. Di tataran tapak, alih fungsi lahan akibat pembangunan PLTU batu bara merampas mata pencaharian dan membuat suram masa depan para buruh tani, petambak garam, dan nelayan kecil.
COP26 : Momentum Omong Kosong para pemimpin dunia
Aksi Koalisi Bandung Berisik ini juga menyikapi tentang gelaran Conference of Parties atau COP 26 yang dilaksanakan pada 31 Oktober 2021 -12 November 2021 di Glasgow, Skotlandia dengan Inggris sebagai tuan rumahnya. Ide utama keberadaan konferensi ini yaitu menjadikan permasalahan iklim sebagai prioritas global yang harus diselesaikan bersama.
Meskipun memiliki tujuan yang sangat mulia, Gelaran COP26 mendapatkan banyak kritik dari berbagai kalangan masyarakat di seluruh dunia. COP dianggap sebagai ilusi yang dibangun untuk menyelamatkan ekonomi kapitalis yang berakar pada ekstraksi sumber daya dan kolonialisme. Alih alih fokus tanggung jawab untuk mengoreksi paradigma pembangunan global, Krisis iklim justru dijadikan landasan untuk melanggengkan kepentingan ekonomi dan politik para pemimpin dunia. Menyerahkan solusi krisis iklim dengan sistem mekanisme pasar adalah solusi palsu. Negosiasi yang terjadi di COP26 pada akhirnya hanya terus melanggengkan karpet merah pada investasi dan polutters yang selama ini menjadi mesin penggerak sistem kapitalisme yang rakus dan destruktif.
Perdagangan karbon yang dibahas pada COP 26 dianggap sebagai komoditas untuk mengeruk keuntungan semata. Perdagangan karbon adalah sistem berbasis pasar yang bertujuan untuk mengurangi gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap pemanasan global, terutama karbon dioksida yang dipancarkan oleh pembakaran bahan bakar fosil. Emisi karbon dihasilkan transportasi yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM), pembangkit listrik batu bara, industri, dan lain-lain yang menyebabkan pemanasan global dan krisis iklim.
Carbon offset merupakan peluang baru bagi kapitalisme untuk semakin mengakumulasi profit, green capitalism di mana terjadi komodifikasi dan finansialisasi terhadap sumber daya alam. Atas nama pengendalian perubahan iklim, maka praktek praktek kolonialisme seperti deforestasi, perampasan lahan, wilayah adat, ruang hidup masyakarakat lokal akan semakin massif.
Selain orasi dan mengusung poster serta spanduk tuntutan, aksi Koalisi Bandung Berisik ini diwarnai aksi teatrikal tiga orang dengan menggunakan penutup kepala dari wadah kemasan hasi ekstraksi minyak sawit yang menggambarkan kerakusan para oligarki menghisap sumber daya alam dan meracuni masyarakat.
Selain itu sal satu peserta aksi, Ratimaya menampilkan teatrikal dongeng berjudul “Mengantar Punah”. Aksi teatrikal dengan pesan satire yang mengkisahkan kehidupan seekor cacing yang bertugas menyuburkan tanah, akan tetapi kehidupannya dicuri dan diracuni karena polusi dan limbah hasil pembangunan.