Pelajar Jakarta Lakukan Aksi Cegah Perubahan Iklim
Berawal dari seorang anak muda bernama Greta Thunberg berusia 16 tahun dari Swedia yang gusar melihat lambannya para orangtua dan pemimping dunia beraksi mencegah bencana perubahan iklim. Greta merasa waktu yang dihabiskannya di sekolah untuk belajar akan percuma jika masa depannya terancam perubahan iklim. Melihat kenyataan ini Greta pun melakukan aksi seorang diri setiap Jumat di depan parlemen untuk menuntut aksi nyata mencegah perubahan iklim.
Aksi Greta kini menginspirasi ribuan pelajar dan mahasiswa di seluruh dunia untuk melewati sekolah setiap Jumat dan beraksi mendesak langkah nyata akan perubahan iklim yang mengancam masa depan mereka. Hari ini, Jumat (15/3/2019) aksi global #FridayForFeature akan kembali bergukir dan klai ini jauh lebih besar di berbagai penjuru dunia. Anak-anak muda Indonesia juga tidak akan ketinggalan, sejumlah siswa dan pelajar Indonesia juga akan ikut beraksi bersuara untuk bumi dan masa depan mereka.
Kali ini, pelajar di Jakarta yang bekerja sama dengan komunitas akar rumput terinspirasi oleh gerakan Greta. Pada hari ini pun para pelajar di Jakarta melakukan aksi perubahan iklim di Balai Kota, Jakarta. Seorang aktivis lingkungan dari komunitas akar rumput, Jadi Priyanto, menyampaikan bahwa pelajar di Jakarta menghubunginya dan memintanya bertemu untuk memberikan informasi yang mendalam soal permasalahan lingkungan di Indonesia dan dunia.
“Mereka merasa pendidikan lingkungan sangat penting dan perlu masuk ke dalam kurikulum mereka. Maka dari itu mereka bergerak besok dengan berjalan kaki dari Cikini ke Balai Kota untuk menyuarakan pesan perlindungan lingkungan dan pentingnya pendidikan lingkungan,” papar Hp, sapaan akrabnya saat dihubungi via surel.
Menurutnya, aksi implusif dan menggugah ini harusnya bisa membuat kita tersadar di engagement, di tengah pesimisnya kita untuk mengajak anak muda lebih peduli. “menggerakkan mereka untuk turut menyuarakan pesan perlindungan lingkungan ternyata ada orang yang memang mau dan berani untuk turun dan bolos sekolah demi masa depan mereka,” ungkapnya.
Aksi #FridayForFuture ini menurut hp akan ada empat orang yang akan berjalan kaki. Namun hal itu tidak membuat para pelajar surut untuk melakuakn aksi mencegah perubahaniklim dan peberhenti melakukan perjuangan. “empat orang memang angka yang kecil, tapi ini adalah awal dari keberanian yang baik untuk membuat perubahan,” katanya. Lanjut Hp, “untuk mengetuk hati para orang tua, menginspirasi siswa dan siwi lainnya untuk turun ke jalan di Jumat berikutnya”.
Aksi ini juga hasil dari obrolan dengan seniman pantomim, Wanggi Hoedianto, Wanggi mengatakan bahwa jika membicarakan isu iklim di Indonesia sangatlah kompleks, terlalu banyak isu yang dibahas. “Iklim di Indonesia itu kan tropis, beda dengan beberapa negara lain, termasuk Swedia negaranya Greta. Tapi setidaknya, kita juga merasakan dampaknya, termasuk hujan kemarau yang tidak tentu, mencairnya kutub es, hutan terutama,” paparnya. Lanjut Wanggi, dirinya menginginkan pelajar di Bandung juga mengadakan aksi serupa.
Menurut salah satu pelajar yang hadir, Firdaus mengatakan ada tiga tuntutan yang disampaikan kepada pemerintah provinsi DKI Jakarta. “Pertama, pemerintah mendeklarasikan tentang darurat iklim. Kedua, pemerintah bertindak dengan cepat untuk memberi informasi tentang seriusnya situasi saat ini. Ketiga, memasukkan krisis ekologi ke dalam kurikulum,” ujar Firdaus.