Kutukan Asbestos: Pelajaran dan Peringatan untuk Indonesia
Daya karsinogenik asbestos atau asbes bertanggung jawab terhadap jumlah kematian terbesar dalam hubungan kerja di dunia. WHO mengestimasi ribuan kematian per tahun terjadi di seluruh dunia yang teratribusi dengan keterpaparan asbes di rumah (WHO, 2014). Institute for Health Metric and Evaluation (IMHE) memperkirakan sedikitnya terdapat 219.000 kematian akibat kanker di dalam hubungan kerja berkaitan dengan asbes di dunia. Jumlah ini mencapai 63% dari seluruh kematian akibat kanker yang teratribusi dalam pekerjaan (GBD 2016 Occupational Risk Factors Collaborators, 2020).
Studi untuk membuktikan dampak serat asbes yang terhirup oleh manusia terhadap penyakit paru-paru telah dimulai sejak tahun 1930-an. Studi demikian terus berkembang hingga hari ini. Berbagai konsensus ilmiah, menyatakan bukti tegas bahwa semua jenis asbes berbahaya sebagaimana juga disampaikan oleh International Agency for Research on Cancer. Paparan krisotil (chrysotile) atau (asbes putih) dan seluruh bentuk asbes lainnya kepada manusia menyebabkan penyakit fatal seperti asbestosis (luka paru-paru akibat serat asbestos), plak dan penebalan pleura paru, kanker paru-paru, mesothelima, kanker laring dan ovarium. [1] [2]
Seiring perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, di era 1980an – 1990an mulai banyak negara di dunia melakukan pelarangan dan pembatasan yang sangat ketat dalam penggunaan asbes termasuk krisotil. Satu persatu mereka mulai melakukan transisi dan mengakhiri penggunaan bahan beracun dan berbahaya ini. Dimulai dari penutupan penambangan asbestos dan pelarangan penggunaannya di dalam berbagai produk industri. Riset ilmiah untuk menemukan bahan pengganti asbestos pun terus berkembang beriringan. Kini telah banyak ditemukan bahan pengganti asbestos yang aman dan efektif untuk digunakan dalam berbagai produk industri yang sebelumnya mengandung asbestos.
Industri dan Pelarangan Asbestos
Daftar Negara yang telah melakukan pelarangan segala jenis asbes [3]
Rusia dan Kazakhstan dengan tambang yang dimilikinya, kini menjadi produsen asbes dengan volume terbesar di dunia, masing-masing berjumlah 700.000 metrik ton dan 230.000 metrik ton, pada tahun 2022. Namun demikian, secara global produksi tambang asbes turun dari sekitar 2 juta metrik ton pada tahun 2010 menjadi sekitar 1,3 juta metrik ton pada tahun 2022.[4]
Produksi tambang asbes di seluruh dunia dari 2010 hingga 2022 (dalam 1.000 metrik ton)
Setelah ditetapkannya restriksi transaksi asbestos jenis amphibole (amosite, crosidolite, actinolite, tremolite, anthophyllite) lewat Konvensi Rotterdam sejak 2004, pasar asbestos dalam jenis serpentin dengan nama krisotil akhirnya berpindah dan menciptakan pasar barunya di negara-negara berkembang, khususnya Asia termasuk Indonesia. Industri asbestos yang kehilangan pasarnya di negara yang makin memperhatikan dampak kesehatan, terus memasarkan produknya dengan informasi palsu dan klaim tidak berdasar bahwa krisotil dapat digunakan dengan aman[5].
Di negara seperti Indonesia, para pendukung industri asbes masih terus menyebarkan informasi dan kepercayaan palsu ini dengan berbagai cara bahkan lewat dukungan pemerintah dan ilmuan bayaran. Krisotil mereka pasarkan dengan pesan bahwa jenis ini lebih “jinak” dan tidak sama bahayanya dengan asbes jenis lainnya. Bahkan dengan gegap gempita mengatakan asbes krisotil yang terhirup dapat terurai oleh tubuh manusia tanpa memberi bukti ilmiah atas klaimnya.
Sampai saat ini belum ada pelarangan krisotil di Indonesia yang diimpor dengan nama “asbestos lain-lain” (other asbestos). Pada tahun 2020, Indonesia menempati posisi empat besar importir asbes di dunia dengan 8,38 % dari total impor dunia dengan nilai belanja mencapai 25 Juta US Dollar. Bahan baku asbes ini di datangkan dari negara seperti Russia, China, Kazakhstan dan Brazil. [6]
Langkah Awal Menghilangkan Penyakit; Melarang Asbes,
Pelarangan asbestos bukan berarti segala masalahnya seketika menjadi hilang. Hal ini adalah langkah awal di jalan yang tepat untuk menghapus potensi penyakit akibat asbestos. Penggunaan asbestos dan produk mengandung asbes di banyak negara lain telah terbukti menyebabkan berbagai jenis penyakit, penderitaan warga, dan biaya besar pengobatan oleh negara. Dalam banyak kasus, hanya produsen asbestos yang meraih untung tatkala publik mengkonsumsi asbestos. Produsen dan distributor ini kemudian lari dari tanggung jawab ketika banyak penyakit menghinggapi warga. Beruntung jika negara telah mengantisipasi dengan peraturan tanggung jawab industri sehingga negara bisa terus menagih tanggung jawab produsen. Pasalnya, penyakit akibat paparan asbestos ini merupakan penyakit yang bersifat secara laten, yang akan timbul dalam jangka waktu 10 – 30 tahun kedepan setelah seseorang terpapar.
Kanada yang pernah menjadi 5 besar produsen asbes, setelah melakukan penutupan produksi tambang asbes pada 2011, dan secara resmi melarang penggunaan bahan yang mengandung asbes di semua konstruksi dan renovasi besar pada 1 April 2016. Namun, pada tahun 2018, tercatat ada 410 orang Kanada (315 pria dan 95 wanita) yang didiagnosis menderita mesothelioma, kanker yang berhubungan dengan asbestos. Angka tersebut bertambah pada tahun 2020, menjadi 522 orang (399 pria dan 123 wanita) yang meninggal karena mesothelioma[7].
Australia juga pernah menjadi produsen asbestos, negara ini resmi melakukan pelarangan semua jenis asbestos sejak 31 Desember 2003. Artinya asbes dan produk mengandung asbes menjadi ilegal untuk digunakan atau digunakan kembali, diproduksi, impor dan distribusi. Namun, saat ini diperkirakan 4.000 orang Australia meninggal setiap tahun akibat penyakit terkait asbestos. Angka ini dua kali lebih besar daripada kematian di jalan tol nasional.[8]
Brasil juga merupakan produsen utama asbestos yang kemudian mengendalikan penggunaan asbestos di negaranya. Pada November 2017, negara itu melakukan pelarangan asbestos dan produk mengandung asbestos. Riset yang dilakukan Algranti dkk (2022) mengambil data dari badan kesehatan Brazil tahun 2017, yang menyebutkan ada 3.057 korban penyakit akibat asbestos dengan 2,405 diantaranya menderita mesothelioma parah akibat asbes. Dalam kesimpulan risetnya mereka meragukan jumlah nyata korban yang terlampau kecil sehingga sulit disimpulkan jenis-jenis penyakitnya secara konklusif.
Namun gilanya, Brazil masih memperbolehkan produksi tambang asbes untuk dijual keluar demi kepentingan ekonominya. Negara itu masih memproduksi 110.000 ton pada 2018 dan 15.000 ton pada 2019. Produsen asbes terakhir yang tersisa di Brasil ditangguhkan pada Februari 2019, tetapi mereka mengajukan banding atas keputusan tersebut ke Mahkamah Agung Federal.
Masih banyak pelajaran untuk Indonesia dari berbagai negara lainnya yang telah melakukan pelarangan asbestos secara total. Pelajaran panjang dan penting karena masih harus dibayar dengan nyawa hingga saat ini. Pelajaran ini juga seharusnya menjadi peringatan keras bagi kita yang masih melegalkan penggunaan krisotil.
Semakin cepat melakukan pembatasan dan pelarangan asbes artinya semakin banyak nyawa yang dapat diselamatkan. Produk dan limbah asbes di masyarakat tidak perlu lagi bertambah dan pada akhirnya tidak menambah beban kesehatan dan ekonomi bagi masyarakat dimasa depan. Negara bersama para stakeholder harus bekerja bersama membuat dan menjalan peta jalan penghapusan penyakit akibat asbes. Sebagai komitmen untuk merekomendasikan pelarangan asbes dan penghapusan penyakit akibat asbes, WHO telah menyediakan peta jalan ini, menunggu keberpihakan dari negara.[9]
[1] World Health Organization (WHO), International Agency for Research on Cancer (IARC) 2012, Monograph volume 100C: Asbestos (Chrysotile, Amosite, Crocidolite, Tremolite, Actinolite, and Anthophylite). http://publications.iarc.fr/120.
[2] Egilman & Menendez, 2011; Frank et al, 1998; Stayner et al, 1996); Suzuki & Yuen, 2006; Kohyama & Suzuki, 1991
[3] http://ibasecretariat.org/alpha_ban_list.php disusun oleh Laurie Kazan-Allen, Direvisi 28 Oktober 2022, diakses 26 Februari 2023
[4] https://www.statista.com/statistics/264924/world-mine-production-of-asbestos-since-2007/
[5] Asbestos Fibre Types and Health Risks: Are Perceptions Related to Facts? Chrysotile Institute website. http://www.chrysotile.com/data/Orange_anglais_lr.pdf
[6] https://oec.world/en/profile/hs/asbestos
[7] (https://cancer.ca/en/cancer-information/cancer-types/mesothelioma/statistics)
[8] https://www.asbestos.nsw.gov.au/health-risks/asbestos-related-health-conditions
[9] https://www.who.int/publications/i/item/WHO-SDE-PHE-07-02